Jumat, 21 Mei 2010

MTF Dongkrak Popularitas Budaya Indonesia

Surabaya - Peluncuran Branding Pariwisata Jawa Timur "Forget The Rest Come to the Best" dan Pencanangan tahun Kunjungan Jawa Timur 2011 ini, terasa berbeda. Karena Drs. Djoni Irianto, kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, juga mengadakan acara Majapahit Travel Fair (MTF) 2010 yang berlangsung pada tanggal 19 - 23 Mei 2010 secara bersamaan. Acara yang berlangsung di Mall Grand City Surabaya ini dibuat semeriah mungkin juga untuk mendapatkan rekor MURI.

Menurut Edy Hermanto selaku sekretaris perusahaan PT. Debindo Mitra Tama, Event organizer MTF 2010 - ide ini muncul karena keinginan dari kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur untuk mengenalkan budaya Indonesia.

" Ide ini ya berasal dari bapak kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. Tujuannya, yaitu untuk mengenalkan budaya Indonesia khusunya Jawa Timur kepada masyarakat, khususnya masyarakat asing." kata Edy. "Dari 6 acara yang ada, exhibition, travel exchange, workshop, fam trip, contest and competition, traditional dance festival, sebenarnya yang penting hanya dua" lanjut Edy, yakni travel exchange dan workshop.

bentuk nyatanya, kata Edy lagi, dengan menggelar pameran di gedung Grand City. "Acara yang lainnya lagi, itu hanya sebagai pelengkap dan hiburan saja", tambahnya saat di tanyai di ruangan untuk EO.

Acara MTF ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari seluruh kawasan Indonesia. Masing-masing mengusung ciri khas daerahnya.

Jumat, 14 Mei 2010

Fenomena makelar kasus menurut mahasiswa UK Petra

Surabaya- Fenomena makelar kasus yang sering disorot oleh media ini untuk dengan 2 mahasiswa dari kampus Universitas Kristen Petra Surabaya (15/05/10). Menurut salah satu mahasiswi ilmu komunikasi UK Petra, Finthia,21, makelar kasus di Indonesia tambah lama tambah banyak. Pertama hanya Gayus yang ketemu, namun tambah lama tambah banyak"

Namun tidak demikian dengan Theo,20, ketika dihubungi beberapa menit yang lalu. Mahasiswa jurusan Sastra Inggris UK Petra ini justru mengatakan sesuatu yang unik. "Mereka itu adalah sekelompok orang yang membantu mempercepat proses penyelesaian masalah di pengadilan" kata pria yang kuliah di semester 4 ini .

"Mereka itu dibilang salah ya tidak, dibilang benar ya tidak. Pengadilan di Indonesia itu lambat, jadi butuh makelar kasus untuk mempercepat prosesnya. Namun sebenarnya tidak perlu pakai makelar juga tidak apa-apa. Pengadilan di Indonesia itu sudah adil, namun hanya prosesnya saja yang lambat"lanjutnya .

Sungguh menarik pernyataan salah satu mahasiswa ini. Ketika banyak orang yang mengatakan bahwa makelar kasus itu adalah perbuatan yang salah, namun tidak dengan Theo. Dia justru mengatakan bahwa makelar kasus itu walaupun bukan pekerjaan yang benar, namun juga bukan pekerjaan yang salah.